table of contents

Senin, 23 Januari 2012

Perkembangan Teknologi Informasi di Indonesia Tahun 2011

"Kita sebagai bangsa yang baru lahir kembali, kita harus dengan cepat sekali, cepat, chek up mengejar kebelakangan kita ini, mengejar di segala lapangan. Lapangan politik kita kejar, lapangan ekonomi kita kejar, lapangan ilmu pengetahuan kita kejar, agar supaya kita benar-benar di dalam waktu yang singkat bisa bernama Bangsa Indonesia yang besar, yang pantas menjadi mercusuar daripada umat manusia di dunia". ( Soekarno, 1964, saat pemancangan tiang pertama Planetarium Jakarta) 
utipan di atas merupakan bukti nyata betapa optimisnya Bung Karno bercita-cita untuk menjadikan Bangsa Indonesia sebagai mercusuar umat manusia di dunia. Sektor yang ditarget pun tidak tanggung-tanggung, mulai dari politik, ekonomi, hingga ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berbagai macam bentuk program pembangunan pun dilakukan oleh pemerintah demi terwujudnya cita-cita tersebut.

Dari semua sektor itu, ada satu sektor yang paling menarik perhatian penulis, yaitu IPTEK, khususnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Di kesempatan kali ini, penulis akan memaparkan bagaimana Indonesia juga bisa membangun Sillicon Valley-nya sendiri dan bagaimana Indonesia berpotensi tinggi menjadi mercusuar TIK di dunia.
Bisa dikatakan saat ini perkembangan TIK di Indonesia sangat pesat. Kita lihat saja dari beberapa fenomena yang ada. Pertama, pengguna internet di Indonesia pada tahun 2011  tercatat mencapai 45 juta orang. Angka ini akan terus melonjak hingga 12 bulan ke depan karena semakin terjangkaunya harga komputer dan ponsel berteknologi maju. Kedua, peningkatan pengguna ponsel di Indonesia tercatat telah mengalami kenaikan menjadi 53%. Itu artinya sekitar 125 juta orang, lebih dari setengah penduduk Indonesia, telah menggunakan ponsel dalam kehidupan sehari-hari. Dari dua fenomena tersebut, maka bisa dikatakan bahwa Indonesia memiliki potensi pasar yang besar untuk produk TIK.

Lalu, bagaimana dengan bisnis TIK di Indonesia sendiri? Ternyata bisnis TIK dalam negeri pun juga mengalami kemajuan. Bahkan ada survei yang mengatakan bahwa pertumbuhan rata-rata tahunan bisnis TIK di Indonesia antara 2010 hingga 2014 akan mencapai 15 persen. Angka yang cukup tinggi untuk suatu negara berkembang.
Melihat potensi pasar yang begitu besar dan berkembangnya bisnis TIK dalam negeri, maka lirikan dari luar negeri pun mulai tertuju pada Indonesia. Contoh nyata terjadi pada Koprol, layanan sosial media berbasis lokasi buatan Indonesia. Tidak ada yang menyangka startup (perusahaan perintis) lokal itu diakuisisi oleh salah satu raksasa Sillicon Valey, yaitu Yahoo!. Lihat juga kesuksesan Kaskus, portal komunitas Indonesia terbesar. Situs ini juga sering menerima tawaran kerjasama dan akuisisi dari luar negeri. Contoh-contoh tersebut membuktikan bahwa karya dalam negeri pun juga bisa bersaing di Internasional. Luar biasa kan?
Itulah sedikit gambaran kondisi TIK di Indonesia. Perlahan-lahan tapi pasti, mercusuar TIK di Indonesia mulai terbentuk. Sekarang ada satu pertanyaan yang saya ajukan untuk kita semua. Bagaimana caranya kita bisa ikut berkontribusi dalam pembangunan mercusuar TIK tersebut?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar