table of contents

Senin, 19 Maret 2012

Curhatan Orang Jelek

Hidup itu anugarah
Anugrah terbesar yang ada didunia
Lebih berharga dari uang
Dan lebih nikmat dari pada kentut

Saat kentut, kita merasa lega
Semua beban terasa hilang
Semua menjadi indah
Kecuali baunya, BUSUK BANGET CUY!

Kenikmatan kentut,tak terasa tanpa hidup
Karena hidup itu memang nikmat
Meskipun, kadang terasa bau
Terutama saat kita menginjak tai

Meskipun hidup itu berharga
Tak sedikit orang yang menghargainya
Sebagian ingin mati
Sebagian lagi ingin makan saking laparnya

Krisis hidup ini, juga sering aku alami
Bahkan beberapa hari ini
Sering sekali aku termenung
Memikirkan hutang yang tak kunjung lunas

Hidupku kini terasa hampa
Tak ada yang menemani
Seperti lagunya Ahmad Dani
Yang sedang labil memilih sandal

Sekarang, nasibku sangat malang
Bukan Malang kota di Jawa Timur
Tapi malang seperti nomor togel
Yang dibeli sama Pak Qodir

Hati nurani melawan jiwa
Mamaksa diri tuk berkata jujur
Dari hati yang paling dalam
Ku berkata “Su3R, Gu3 ga K3Nal S4m4 PAk QoDiR!”

Jiwa alay terus bergelora
Menuntun diri tuk bergabung
Bergabung dengan orang-orang
Bermain layangan sambil makan Kacang

Namun..
Semua ini ku tolak!
Aku tak ingin menjadi alay
Yang kepanjanganya Anak Layangan
Karena…aku selalu kalah kalo main layangan

Kini…
Ku meratapi diri di pojok kamar
Tempat ku sering melempar upil
Dan membuang ingus yang terus meler

Aku berpikir…Benar, aku memang jarang mikir

Kupandangi penjuru kamar
Yang berukuran 5mx3m ini
Dan kembali kuberpikir…
“Kalo semeter 60ribu, bisa beli martabak buat 8 bulan nih”

Aku mulai memandang cermin
Melihat diri yang semakin culun
Memakai baju berwarna kuning
Dengan celana panjang coklat kotak-kotak

Akupun mula bergerak
Melakukan koprol depan dan belakang
Sehingga kini
Aku pantas menjadi pemain sirkus

Aku mulai bingung
Tak bisa mendayung
Tak bisa menyelam
Tapi kusadar, aku tidak sedang berenang

Aku mau makan, tapi ga lapar
Aku mau tidur, tapi ga ngantuk
Aku mau baca, mataku bintitan (lho)
Giliran mau mati, piso ada dimana-mana

Ku mulai putus asa
Alam seakan tak menerima
Diriku yang semakin lama
Semakin mirip dengan Primus

“Hmm… itu fitnah ya?” Pikirku dari lubuk hati yang paling dalam

Mungkin, ini saatnya kita mengintrospeksi diri
Mengingat diri dimasa lalu
Dan melihat kembali kebelakang
Namun, aku hanya melihat tembok

Kini kusadar, yang kumaksud buka nengok ke belakang
Tapi, menghadap kebelakang dulu
Barui menengok lagi kebelakang
Ya, sama saja menghadap kedepan deng

Kuingat diriku dulu
Masih digendong oleh nenek
Menyikan lagu anak-anak
Dan masih disuapi ketika makan

Kini, semu berbeda
Nenekku tak mu menggendong aku
Yang meyanyikan lagu “YUUUNOOO MEE SOOWEEELLL”
Dan tidak disuapi ketika makan
(Kecuali kalau tangan buntung habis nyolong rambutan, lho?)

Kini, kita semakin dewasa
Semakin mandiri
Semakin tinggi
Dan semakin ganteng, bagi yang beruntung

Waktu tak akan pernah kembali
Semua kenangan kita tak akan datang lagi
Kini, kita harus terus menatap kedepan
Kalo kebelakang, entar tembok yang kelihatan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar